SURABAYA-Rangkaian teror bom yang mengguncang Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo menimbukan kerusakan tiga gereja dan menyebabkan 13 o...
SURABAYA-Rangkaian teror bom yang
mengguncang Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo menimbukan kerusakan tiga
gereja dan menyebabkan 13 orang tewas serta puluhan luka-luka. Terbaru, pelaku
teror meledakan bom di markas Polrestabes Kota Surabaya. Rangkaian teror ini
menimbulkan keprihatinan publik. Salah satunya Sekretaris Umum Persekutuan
Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pendeta Gomar Gultom.
Gultom berharap rangkaian teror ini
harus dihentikan salah satunya dengan memberikan kekuatan kepada Kepolisian
lewat payung hukum lewat UU Anti Terorisme. Gultom mengaku tak habis pikir
lambatnya pengesahan revisi UU tersebut. Padahal pembahasannya sudah dilakukan
pasca bom Sarinah di Jakarta. Saat itu Tito Karnavian masih sebagai Kapolda
Metro Jaya, sampai saat ini beliau menjadi Kapolri UU itu tak kunjung disahkan
oleh DPR RI.
"Saya kira ada yang salah dengan DPR.
Mengapa lama sekali mengesahkan UU Anti Terorisme tersebut. Saya kira itu harus
disahkan paling lambat bulan Juni, harus UU bukan Perppu. Ini penting agar
Kepolisian lebih percaya diri mencegah aksi terorisme," urai Gultom,
Senin (14/5).
Pendeta berdarah Batak ini menegaskan
bahwa pihaknya sangat menyesalkan aksi bom gereja di Surabaya. Walaupun
pihaknya marah dan geram tapi tetap menyerahkan pada aparat berwajib untuk
menyelesaikan.
Kepada warga Surabaya yang sedang
diancam bom, lanjut Gultom, pihaknya menyerukan supaya tetap tenang dan tak
panik serta selalu bekerjasama dengan seluruh elemen Bangsa.
"Ini bukan serangan muslim
kepada kristen tapi orang tak tak setuju Pancasila di Indonesia. Jadi ini
persoalan seluruh warga bangsa," tegas Gultom.
Sementara itu ketua PCNU Kota Surabaya,
Dr. Achmad Muhibbin Zuhri menjelaskan jika ada elemen bangsa yang sakit apapun
agamanya itu juga akan menyakiti NU. Sebab sejak awal pendirian bangsa ini NU
komitmen kalau Indonesia adalah bhineka tunggal ika.
"Kami yakin pelaku bom bunuh diri
itu tidak amalkan Islam dan ajaran agama apapun. NU mengecam kekerasan yang
mengatasnamakan agama," tegas Muhibbin Zuhri.
Bagi NU, lanjut Muhibbin komitmen
kebangsaan (ukhuwah wathoniyah) itu harus terus dijaga bersama-sama. Namun
lebih dari itu juga perlu menjaga ukhuwah basariyah (kemanusian). Karena itu
atas nama umat Islam, khususnya NU mengucapkan bela sungkawa kepada para
korban.
"Sebagai pemimpin-pemimpin agama,
ini tanggungjawab kita bersama untuk mendidik umat masing-masing agar memahami
agama dengan benar. Mari kita bekerjasama untuk melawan aksi terorisme. NU juga
posko kemanusiaan supaya bisa memberikan ketentraman. Bahkan kalau diperlukan
Ansor bersama banser siap membantu aparat kalau diperlukan," pungkas pria
yang akrab disapa Cak Ibin itu. (day)
COMMENTS