SURABAYA-Hendaknya berilmu sebelum berkomentar. Terlebih sampai menuduh. Itu ungkapan bijak yang pas diarahkan kepada netizen yang terbiasa ...
SURABAYA-Hendaknya berilmu sebelum berkomentar. Terlebih sampai menuduh. Itu ungkapan bijak yang pas diarahkan kepada netizen yang terbiasa nyinyir dalam berkomentar.
Terlebih yang dituduh, bukan orang sembarangan. Orang nomor satu di Jawa Barat lagi. Malu dong, sudah menuduh, salah pula.
“Perkuat iman dan ilmu,” tulis Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, di laman Instagram pribadinya @ridwankamil.
Lewat keterangan tertulisnya, Minggu (4/10/2020), Kang Emil menanggapi mereka yang nyinyir sekaligus menuduhnya melakukan pembohongan publik. Hal itu terkait aktivitasnya saat menjadi relawan tes vaksin Covid-19, Rabu (30/9) silam, di Bandung.
Bermula dari tampilan foto Kang Emil, sedang dalam proses pengambilan darah oleh petugas medis. Karena menggunakan vacutainer, terkesan tabung vacutainer yang menempel pada lengan Kang Emil, seperti jarum suntik yang belum dibuka tutupnya. Seolah proses ambil darah itu bohongan.
Bagi masyarakat umum, teknologi vacutainer mungkin masih tampak asing. Tidak sedikit yang memberi komentar miring terkait giat kemanusiaan Kang Emil tersebut.
Mereka yang minim pengetahuan medis, ditambah gejala buruk sangka pada pemerintah di masa pandemi Covid-19 ini, bertubi menuduh Gubernur Ridwan Kamil melakukan pencitraan. Bahkan pembodohan publik.
Seperti akun @teluuur menulis: padahal tutup jarum suntiknya belum dibuka._Lalu, @payy86 mengomentari: pembodohan ini mah.
Ada lagi komentar dari @alwisyahabb : Dunia ini panggung sandiwara... Ada peran berpura-pura... Mengapa kita bersandiwara.
Tidak ketinggalan @pratma.id menulis: Alangkah senangnya penguasa bila rakyatnya tak mampu berpikir... Manipulasi yang luar biasa pak kamil.
Serta masih banyak lagi cemoohan lainnya.
Namun, dengan santai Kang Emil memberi penjelasan yang menyenangkan. Sekaligus menambah wawasan bagi mereka yang belum tahu teknologi vacutainer.
“Alat ini namanya vacutainer. Ada dua jarum: satu ke vena, satu ke tabungnya. Yang terlihat seperti tutup, ya itu tabung vacumnya,” tuturnya.
Kang Emil menyebutkan ini teknologi baru dalam pengambilan darah. “Berbeda lewat jarum suntik jadul yang biasa dipakai,” tambahnya.
Mantan Wali Kota Bandung itu mengingatkan dengan bijak, siapapun yang tidak mengerti satu hal, sebaiknya menanyakan kepada ahlinya. Bukan menuding dengan segala nyinyiran dan sindiran.
“Kasihan, yang tidak berilmu, dikeproki (didukung) yang tidak berilmu lagi. Tapi ya, dimaafkan,” ucapnya lantas tersenyum.
Keterangan Kang Emil di atas diperkuat oleh @labkesprovjabar, bahwa pengambilan darah atau phlebotomy bisa diambil melalui tusukan vena, kulit dan arteri atau nadi. Untuk vena ada dua cara pengambilan, yakni manual dan vakum.
Dijelaskan, teknologi vakum termasuk ke dalam cara modern. Tabung dengan tekanan negatif (vacutainer) akan menghisap darah sampai volume tertentu.
Lalu, vacutainer dihubungkan dengan double side needle (jarum dua sisi). Jarum dua sisi dipasang pada alat khusus, yaitu vacutainer holder berbentuk selongsong tabung darah.
Metode ini memungkinkan pengambilan banyak tabung darah (sesuai keperluan) dengan hanya satu kali tusuk.
Melihat komentar negatif, tentu tenaga medis yang paham teknologi vacutainer tidak diam.
Di antaranya @lenykarengkuan balik membalas: medis ketawa ngakak lihat orang indo lagi heboh masalah jarum suntik buat ambil sampel darah.
Cuma gak habis pikir, kok bisanya kalian gak tau ilmunya, tapi langsung aja bikin narasi negatif, dan lagi ngerasa bener lagi uda ngehujat.
Adapula dari @surya_iman yang mengatakan: kami yg tau ilmunya cuma bisa ketawa seakan menertawakan anak kecil yg gak tau suatu benda, tapi marah2. Pengen ngakak sengakak2nya, norak lu pada!
“Di masa Covid-19 ini, pemerintah pusat dan daerah bekerja keras demi kepentingan rakyat. Mari disiplin menjalankan protokol kesehatan, sambil menunggu vaksinnya,” pesan Kang Emil. (dir)
Caption : Gubernur Jabar, Ridwan Kamil usai menjadi relawan tes vaksin Covid-19, di Bandung, Rabu (30/9) silam. Foto: istimewa.
COMMENTS