SURABAYA-Mohammad Mukhrojin pengasuh Pondok Pesantren Bismar Al Mustaqim membuktikan kalau pengasuh pondok juga bisa meraih gelar akadem...
SURABAYA-Mohammad Mukhrojin pengasuh Pondok Pesantren Bismar Al Mustaqim membuktikan kalau
pengasuh pondok juga bisa meraih gelar akademik tinggi. Pemuda berusia 31 tahun
itu adalah penyandang gelar Doktor.
Mukhrojin
berhasil meraih gelar akademik tertinggi itu setelah berhasil mempertahankan
disertasinya. Kader muda NU ini mempertahankan disertasi dihadapan Tim Penguji
dalam sidang terbuka program Doktor Ilmu Administrasi Publik Pasca Sarjana
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya ( UNTAG), Jumat, (3/5) lalu.
“Alhamdulillah,
keberhasilan ini berkat dukungan keluarga dan doa anak-anak yatim yang menjadi
santri saya. Insya Allah, gelar Doktor ini akan menambah semangat pengabdian
saya kepada masyarakat,” tutur Mukhrojin kepada wartawan, Minggu (5/5).
Santri
alumni Pondok Pesantren An Nur Sidoresmo, Surabaya ini mengangkat
judul disertasi tentang “Implementasi Kebijakan Pengelolaan Zakat dalam
Meningkatkan Peran dan Fungsi Kelembagaan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di
Jawa Timur.
Dalam penelitianya pria yang
pernah menjadi Juara Pemuda Pelopor tingkat kota Surabaya ini menjelaskan
pentingnya pengembangan model fungsi pengelolaan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan zakat oleh Baznas.
Disamping
itu untuk mengoptimalisasikan pendistribusian zakat diperlukan model distribusi
perputaran dana bersifat produktif sehingga mustahiq ( penerima zakat) akan
beralih menjadi Muzaki ( pemberi zakat).
“Dari
penelitian saya, zakat kalau dikelola secara profesional dan amanah bisa untuk membiayai
pemnbangunan. Bahkan bisa untuk membiayai penelitian ilmiah, sehingga
pemuda-pemuda cerdas Indonesia tidak lagi dibajak oleh negara lain. Mereka bisa
mengamalkan ilmu dan pengabdiannya untuk bangsanya sendiri,” urai mantan
anggota Bahsul Masail PCNU Kota Surabaya itu.
Pria yang
tercatat sebagai Anggota Perkumpulan Pengacara Indonesia ini menuturkan suka
dukanya menjalani pendidikan hingga berhasil meraih gelar doktor dalam waktu 3
tahun. Dia mengatakan, tak pernah membayangkan menyandang gelar doktor.
Terlebih ia berasal dari keluarga petani dari pelosok desa ujung timur
Kabupaten Banyuwangi.
Ia menambahkan judul yang ditelitinya
sudah dimasukan ke jurnal dan juga telah di publikasikan ke skala
Internasional. Dalam waktu dekat sudah direncanakan di cetak untuk
terbitkan.
“Gelar Doktor ini berkah buat saya. Jangankan berharap, mimpi saja tidak
pernah. Karena saya sadar hanya anak petani. Alhamdulillah, saya diberi jalan
dan kemudahan,” tandas pria asal Banyuwang tersebut.
Untuk diketahui, sidang disertasi dipimpin langsung Rektor Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya DR. H. Mulyanto Nugroho, MM, CMA, CPAI dengan Anggota
Prof. Dr. H. Sukristyanto, MS selaku Promotor, DR. H. Achmad Sjafii, SH, M.Si,
selaku Ko- Promotor, Prof Dr. Rudy Handoko, M.S, Selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Dr. Endro Tjahjono, MM, selaku Dekan
Fisip UNTAG Surabaya, Prof. Dr. Sam Abede Pareno, MM, MH, Prof. Dr. Arif
Darmawan, SU, Prof. Dr. Made Warka, SH, M.Hum,Selaku guru besar UNTAG Surabaya
serta penguji Eksternal seperti Prof. Dr. Setyo Yuwana, MA Guru Besar
Universitas Negeri Surabaya.
Setelah
menjawab rentetan pertanyaan dari tim penguji yang berjumlah 9 orang dan 3
penanya akademik, salah satunya KH. Supandi, Ketua PCNU Kabupaten Lamongan,
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Panglima Sudirman Surabaya ini Akhirnya
dinyatakan Lulus dengan Predikat Cuma Lode dan mengantongi IPK 3,90 yang hampir
mendekati sempurna. (dir)
COMMENTS