SURABAYA-Sebagai Kota Metropolitan, Surabaya adalah kota yang majemuk. Demikian pula latar belakang penduduknya. Sejak republik ini berdir...
SURABAYA-Sebagai Kota Metropolitan, Surabaya adalah kota yang majemuk. Demikian pula latar belakang penduduknya. Sejak republik ini berdiri, Kota Surabaya telah dipimpin oleh belasan Walikota termasuk Tri Rismaharini. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang, seperti tentara, politisi dan birokrat.
Namun sampai saat ini belum ada Walikota Surabaya berlatar santri. Kondisi itulah yang membuat Al Azhara terpanggil untuk mencalonkan diri sebagai Calon Walikota Surabaya. Menurutnya, sudah saatnya Surabaya dipimpin seorang santri.
"Surabaya pernah dipimpin tentara, birokrat dan politisi. Kini saatnya santri memimpin Kota Surabaya. Karena itu, saya terpanggil untuk maju sebagai calon Walikota," tutur pria yang akrab disapa Gus Ali itu, Senin (21/10).
Keluarga Pondok Pesantren tertua di Jatim, Al Hamdaniyah, Siwalanpanji, Buduran ini mengaku sudah punya bekal yang cukup sebagai cawali. Baik itu materi maupun jaringan, hingga wawasan.
Dorongan dari keluarga, para guru, sahabat hingga alumni Ponpes Al Hamdaniyah yang banyak bermukin di Surabaya juga melecut semangatnya untuk berkontestasi di pilwali. Bahkan yang membuat ia terharu adalah dukungan dari para ibu-ibu yang menggelar pengajian di depan rumahnya.
"Dukungan masyarakat sungguh luar biasa, mereka sampai menggelar pengajian untuk mendoakan ikhtiar saya maju walikota Surabaya. Ini yang membuat saya semakin mantap dalam melangkah," ujar warga Kecamatan Jambngan ini.
Gus Ali mengaku telah mendaftarkan diri sebagai calon walikota disejumlah partai, seperti NasDem dan PSI. Sementara di PKB dan Gerindra, meski belum membuka pendaftaran tapi dirinya sudah menjalin komunikasi politik.
Ia pun memuji NasDem dan PSI yang menerapkan politik tanpa mahar. Bahkan PSI menyediakan lembaga survei untuk mensurvei elektbilitas dan popularutas calon, tanpa meminta sumbangannkepada calon. Menurutnya ini adalah praktek politik yang baik untuk mencari pemimpin berintegritas.
"PSI ini partai yang berbeda, mereka menerapkan politik positif dengan tidak menerapkan mahar. Kami, para calon juga menandatngani pakta integritas tidak melakukan KDRT dan poligami. Saya sudah tandatangani, karena saya sangat sayang istri," imbuh pengusaha properti ini. (dir)
Namun sampai saat ini belum ada Walikota Surabaya berlatar santri. Kondisi itulah yang membuat Al Azhara terpanggil untuk mencalonkan diri sebagai Calon Walikota Surabaya. Menurutnya, sudah saatnya Surabaya dipimpin seorang santri.
"Surabaya pernah dipimpin tentara, birokrat dan politisi. Kini saatnya santri memimpin Kota Surabaya. Karena itu, saya terpanggil untuk maju sebagai calon Walikota," tutur pria yang akrab disapa Gus Ali itu, Senin (21/10).
Keluarga Pondok Pesantren tertua di Jatim, Al Hamdaniyah, Siwalanpanji, Buduran ini mengaku sudah punya bekal yang cukup sebagai cawali. Baik itu materi maupun jaringan, hingga wawasan.
Dorongan dari keluarga, para guru, sahabat hingga alumni Ponpes Al Hamdaniyah yang banyak bermukin di Surabaya juga melecut semangatnya untuk berkontestasi di pilwali. Bahkan yang membuat ia terharu adalah dukungan dari para ibu-ibu yang menggelar pengajian di depan rumahnya.
"Dukungan masyarakat sungguh luar biasa, mereka sampai menggelar pengajian untuk mendoakan ikhtiar saya maju walikota Surabaya. Ini yang membuat saya semakin mantap dalam melangkah," ujar warga Kecamatan Jambngan ini.
Gus Ali mengaku telah mendaftarkan diri sebagai calon walikota disejumlah partai, seperti NasDem dan PSI. Sementara di PKB dan Gerindra, meski belum membuka pendaftaran tapi dirinya sudah menjalin komunikasi politik.
Ia pun memuji NasDem dan PSI yang menerapkan politik tanpa mahar. Bahkan PSI menyediakan lembaga survei untuk mensurvei elektbilitas dan popularutas calon, tanpa meminta sumbangannkepada calon. Menurutnya ini adalah praktek politik yang baik untuk mencari pemimpin berintegritas.
"PSI ini partai yang berbeda, mereka menerapkan politik positif dengan tidak menerapkan mahar. Kami, para calon juga menandatngani pakta integritas tidak melakukan KDRT dan poligami. Saya sudah tandatangani, karena saya sangat sayang istri," imbuh pengusaha properti ini. (dir)
COMMENTS