SURABAYA-Lelah dan penat yang dirasakan Amas Ayudianto seketika lenyap berganti syukur dan suka cita. Anggota Barisan Ansor Serbaguna (Ban...
SURABAYA-Lelah dan penat yang dirasakan Amas Ayudianto seketika lenyap berganti syukur dan suka cita. Anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang berjalan kaki sejauh 180 kilometer, dari Jalan Gubernur Suryo, Ngawi hingga Jalan Gubernur Suryo, Surabaya itu akhirnya bertemu Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Khofifah menemui Amas di Gedung Negara Grahadi pada Jumat (22/11) petang. Pertemuan itu terasa istimewa karena bertepatan dengan ulang tahun Amas yang ke-40 tahun. Orang nomor satu di Jatim itu pun langsung menyiapkan tumpeng dan nasi kebuli begitu mengetahui Amas berulang tahun.
"Alhamdulillah, terbayar sudah lelah saya berjalan kaki Ngawi-Surabaya. Ibu Gubernur, Bu Nyai Khofifah berkenan menemui saya. Bahkan beliau memberi ucapan selamat ulang tahun dan merayakan ulang tahun saya," ujar Amas.
Amas awalnya tak berharap banyak selain bisa menyampaikan langsung amanah dari ibunya yang merupakan anggota Muslimat NU di Kedunggalar, Ngawi. Namun keberuntungan berpihak pada anggota Banser Satkoryon Kedunggalar itu. Selain bertemu panutannya, Khofifah. Ia juga bisa merayakan ulang tahun yang selama hidupnya tak pernah dirayakan.
Malam itu, Gedung Negara Grahadi seolah seperti merayakan tasyakuran Amas. Apalagi sejumlah pengurus Pimpinan Wilayah GP Ansor Jatim juga turut menyambut kedatangan Banser yang telah berjalan kaki ratusan kilometer.
"Ini anugerah yang luar biasa, selain bertemu Ibu Gubernur. Saya juga bisa bertemu para pimpinan wilayah GP Ansor dan para sahabat Banser. Ini pengalaman yang tak terlupakan," imbuhnya.
Amas mengungkapkan selama perjalanan banyak pengalaman menarik yang ia alami. Diantaranya, banyak ibu-ibu yang minta didoakan agar anaknya rajin sekolah dan bisa lulus ujian. Mereka minta doa padanya, karena mempercayai seorang musafir yang sedang menjalankan amanah doanya diijabah Allah.
Ia pun dengan senang hati menuruti permohonan tersebut dengan memanjatkan doa. Prinsipnya, ia yakin selama permohonan itu positif akan dikabulkan Allah. Apalagi selama perjalanan dirinya juga banyak mendapat kemudahan. Mulai MWC NU Taman di Sidoarjo yang merupakan titik akhir persinggahannya. Para sahabat Banser tak sekedar mengawalnya dengan sepeda motor. Banyak diantaranya ikut berjalan kaki bersamanya. Bahkan ada yang tanpa mengenakan alas kaki.
"Sejak awal saya niatkan perjalanan ini sebagai syi'ar dan dakwah sebagai kader NU. Kalau ada yang minta didoakan, ya saya doakan. Padahal saya bukan kiai tapi banyak minta didoakan selama perjalanan. Ini membuat saya terharu," tandasnya. (dir)
Khofifah menemui Amas di Gedung Negara Grahadi pada Jumat (22/11) petang. Pertemuan itu terasa istimewa karena bertepatan dengan ulang tahun Amas yang ke-40 tahun. Orang nomor satu di Jatim itu pun langsung menyiapkan tumpeng dan nasi kebuli begitu mengetahui Amas berulang tahun.
"Alhamdulillah, terbayar sudah lelah saya berjalan kaki Ngawi-Surabaya. Ibu Gubernur, Bu Nyai Khofifah berkenan menemui saya. Bahkan beliau memberi ucapan selamat ulang tahun dan merayakan ulang tahun saya," ujar Amas.
Amas awalnya tak berharap banyak selain bisa menyampaikan langsung amanah dari ibunya yang merupakan anggota Muslimat NU di Kedunggalar, Ngawi. Namun keberuntungan berpihak pada anggota Banser Satkoryon Kedunggalar itu. Selain bertemu panutannya, Khofifah. Ia juga bisa merayakan ulang tahun yang selama hidupnya tak pernah dirayakan.
Malam itu, Gedung Negara Grahadi seolah seperti merayakan tasyakuran Amas. Apalagi sejumlah pengurus Pimpinan Wilayah GP Ansor Jatim juga turut menyambut kedatangan Banser yang telah berjalan kaki ratusan kilometer.
"Ini anugerah yang luar biasa, selain bertemu Ibu Gubernur. Saya juga bisa bertemu para pimpinan wilayah GP Ansor dan para sahabat Banser. Ini pengalaman yang tak terlupakan," imbuhnya.
Amas mengungkapkan selama perjalanan banyak pengalaman menarik yang ia alami. Diantaranya, banyak ibu-ibu yang minta didoakan agar anaknya rajin sekolah dan bisa lulus ujian. Mereka minta doa padanya, karena mempercayai seorang musafir yang sedang menjalankan amanah doanya diijabah Allah.
Ia pun dengan senang hati menuruti permohonan tersebut dengan memanjatkan doa. Prinsipnya, ia yakin selama permohonan itu positif akan dikabulkan Allah. Apalagi selama perjalanan dirinya juga banyak mendapat kemudahan. Mulai MWC NU Taman di Sidoarjo yang merupakan titik akhir persinggahannya. Para sahabat Banser tak sekedar mengawalnya dengan sepeda motor. Banyak diantaranya ikut berjalan kaki bersamanya. Bahkan ada yang tanpa mengenakan alas kaki.
"Sejak awal saya niatkan perjalanan ini sebagai syi'ar dan dakwah sebagai kader NU. Kalau ada yang minta didoakan, ya saya doakan. Padahal saya bukan kiai tapi banyak minta didoakan selama perjalanan. Ini membuat saya terharu," tandasnya. (dir)
COMMENTS