SURABAYA-Lia Istifhama, putri mantan Ketua IKASA (Ikatan alumni IAIN Sunan Ampel - sebelum menjadi UIN), almarhum KH Masykur Hasyim raih gel...
SURABAYA-Lia Istifhama, putri mantan Ketua IKASA (Ikatan alumni IAIN Sunan Ampel - sebelum menjadi UIN), almarhum KH Masykur Hasyim raih gelar Doktoral di Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya dan resmi menjadi Doktor ke-591 di UINSA.
Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Prof. Masdar Hilmy, S.Ag., M.A Ph.D berharap agar Lia dapat semakin berkembang seiring dengan semakin matangnya karakter akademik yang tertanam selama menjalani pendidikan program S3. Prof Masdar mengungkapkan, progam S3 bukanlah akhir dari perjalanan karier akademik seseorang, akan tetapi baru sebuah permulaan.
“Masih panjang jalan karier akademik terbentang di depan mbak Lia. Semoga bisa mengarungi dengan baik. Dan semoga bisa meneladani perjuangan almarhum kiai, abahnya (KH. Masykur Hasyim),” tandasnya, Kamis (6/8).
Bakal Calon Wakil Wali Kota dari PDI Perjuangan itu meraih gelar Doktor setelah berhasil mempertahankan desertasinya lewat Ujian Disertasi Terbuka (Tahap II) Promosi Doktor di Prodi S3 Ekonomi Syari’ah dengan judul Disertasi: Ketahanan Usaha Melalui Modal Sosial (Studi Pada Pedagang Muslim Pasar Soponyono Surabaya).
Ujian Terbuka Disertasi ini diketuai oleh Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag. Hadir sebagai promotor adalah Prof. Dr. H. Burhan Djamaluddin, MA sebagai Promotor I dan Dr. Sirajul Arifin, MEI bertindak sebagai Promotor II. Ujian Terbuka secara daring selama dua jam tersebut, bertindak sebagai penguji utama adalah Prof. Dr. H. Babun Suharto, MM dari IAIN Jember. Dewan penguji lainnya adalah Dr. H. M. Lathoif Ghozali, MA, Dr. H. Iskandar Ritonga, M.Ag, dan Dr. Mugiyati, MEI.
"Alhamdulillah, ini bukan persoalan tinggi hati dengan sebuah gelar. Melainkan ini semua adalah pencapaian yang tidak mudah. Proses yang harus dilalui sangat panjang dan membutuhkan konsentrasi tinggi,” ujar perempuan yngbkrab disapa Ning Lia itu.
Dari salah satu poin disertasinya, Ning Lia membuktikan bahwa kurangnya modal ekonomi dapat dibantu dengan modal sosial sebagaimana teori keterlekatan sosio-ekonomi yang dijelaskan oleh Mark Granovetter.
Lia melanjutkan, meski kesederhanaan dan keterbatasan pasar tradisional, namun keberadaannya masih bertahan di tengah pertumbuhan pasar modern. Hal ini merupakan sumbangsih strategi jaringan, yaitu unsur modal sosial yang menguatkan ketahanan usaha.
“Dalam Islam sendiri, modal sosial dapat terbentuk dari unsur ta’aawun, ‘aamanah, dan ukhuwah islamiyah,” sambung Ning Lia.
Sementara itu, Ketua Sidang Ujian Disertasi Terbuka Tahap II Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag., menegaskan kalau Lia Istifhama telah lulus ujian terbukanya dengan nilai yang sangat memuaskan (A).
Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya ini juga berharap agar kontribusi Ning Lia untuk dunia pendidikan bisa dijadikan sebagai rujukan dan berdaya guna untuk menjadikan modal sosial sebagai perbaikan, ketahanan dan pengembangan dunia usaha yang religius dan progresif. (dir)
COMMENTS